Hari ini tepat di bulan kelima jeda kita. Maaf untuk semua panggilanmu teleponmu yang tidak kujawab. Maaf untuk semua pesan singkatmu yang tidak pernah kubalas. Maaf untuk kekhilafanku mencintaimu. Maaf karena jarak adalah satu-satunya ruang bagiku untuk bersembunyi sembari menata hati.
Seandainya kamu tahu sebenarnya aku begitu letih menarik diri, berperang melawan rinduku sendiri. Aku tahu kamu juga letih mencari alasan di balik garis batas yang kutarik jelas tanpa penjelasan lugas hingga akhirnya kamu menyerah dan berhenti.
Ketahuilah, aku hanya sedang berusaha sekuat tenaga menempatkanmu dalam porsi yang seharusnya. Deep inside you’ll never see.. This feelings of emptiness, it makes me feel sad..
Kamu ingat malam di bulan kedua setahun yang lalu? Ada kita di sepanjang jalan ini. Iya, saat ini aku sedang berjalan ditempat kita dulu. Semua masih sama, kecuali seorang sahabat yang tidak lagi melangkah di sisi.
Memoriku berputar lagi, kembali ke masa itu, bulan kedua setahun yang lalu.. Kamu menggenggam tanganku erat. Entah untuk melindungiku dari hilir mudik kendaraan yang lewat atau hanya sekedar genggaman tangan dari seorang sahabat. Atau.. aku telah menganggapnya terlalu baku?
Karena lagi-lagi jantungku berdetak seperti pelari marathon yang kelelahan mengitari stadion. Jemarimu terasa pas di sana, mengisi sela jemari ini dengan sempurna, tak ada cela. Malam itu adalah malam paling manis dalam hidupku.
Aku bersinar.. Cahayaku mengalahkan seluruh pijar lampu jalan yang kita lewati pada setiap jengkal trotoar menuju terminal. I’ve shown you love you’ve never shown.. Sesekali aku menoleh ke arahmu, mencari tahu, menerka, mengerahkan seluruh kemampuan yang kupunya, berharap menemukan yang bisa kujadikan pertanda bahwa kamu juga merasakan hal yang sama..
Tapi tidak ada.. TIDAK SATUPUN PERTANDA. I’ve loved you ever since you’re a friend of mine.. but Babe, is this all we ever could be?
Lagi dan lagi aku dipaksa untuk memahami bahwa momen ini harus kunikmati sendiri dalam hati, serupa dengan momen lainnya yang pernah kamu cipta. Aku kecewa, cahayaku meredup, genggaman tanganku melemah.. Tapi kamu mempereratnya.
Ini adalah lima belas menit termanis yang pernah ada.. Lima belas menit termanis yang diberikan Tuhan bagiku untuk berasumsi bahwa kamu adalah milikku. I know this is how it’s gonna be.. I’ve loved you then and i love you still.. you are a friend of mine.. now i know friends are we ever could be..
Banyak yang sebenarnya ingin kuceritakan kepadamu, sahabatku.. Tentang beribu rindu yang kubiarkan melayang di udara.. Tentang semua tulisanku yang berbau kamu.. Tentang tumpukan buku di lemari yang kubaca setiap malam untuk mencegahmu menyusup di pikiranku.. Juga tentang seseorang yang sekarang berjalan di sampingku menggantikan langkahmu, menggantikan jemarimu..
Aku menoleh sesekali ke arahnya. Ia tersenyum. Ia bersinar di sampingku. Tidak seperti dirimu, ia mencintaiku. Dan aku akan mencintainya.. Karena sekarang sudah waktunya aku berhenti dan melihat ke arah lain. Sudah waktunya aku menyimpan kita rapi di kotak memori.
Tapi ketahuilah, akan selalu ada satu ruang kosong untukmu yang tidak akan pernah dapat dihuni oleh yang lain, karena satu ruang di hatiku adalah milikmu sampai kapanpun. Aku akan selalu mencintaimu dengan sederhana, tidak ada yang istimewa kecuali tak ada masa dimana aku akan mati rasa. Hanya saja kali ini aku ingin memberi diriku kesempatan untuk dicintai.
Source
0 komentar:
Posting Komentar