Masalahnya terletak pada peningkatan resiko pengerasan arteri, yang dikenal sebagai aterosklerosis. Ini adalah gangguan pembuluh darah dimana plak, yang diperburuk oleh kolesterol, terbentuk pada dinding arteri bagian dalam.
Bagi sebagian orang, mengkonsumsi telur saat sarapan adalah kegiatan rutin sehari-hari, namun dr David Spence dari University of Western Ontario, London, Kanada, mengungkapkan bahwa makan kuning telur sekitar dua-pertiga sama buruknya dengan merokok, datang hal membangun plak.
Setelah melakukan survei terhadap 1.231 pria dan wanita, dr Spence mengkaitkan temuan dengan stroke dan faktor resiko serangan jantung. Penelitian ini melibatkan pasien dengan usia rata-rata 61.5 tahun, yang mengunjungi klinik pencegahan vaskular di Ontario. USG digunakan untuk menentukan ukuran pada total area yang terkena plak, dan para pasien diberikan angket yang mereka isi dengan segala sesuatu mengenai gaya hidup mereka.
Penelitian ini menemukan bahwa daerah plak karotid meningkat sejalan dengan usia setelah 40 tahun, tapi terjadi peningkatan diatas rata-rata bagi para mereka yang merokok dan mengkonsumsi kuning telur secara teratur. Studi ini juga menemukan mereka yang mengonsumsi setidaknya tiga kuning telur seminggu, memiliki daerah plak yang lebih luas lebih dari mereka yang hanya makan dua kuning telur per minggu.
Spence (67), yang juga adalah seorang profesor neurologi mengatakan, fakta bahwa telur telah menjadi bagian dari diet sehat membuat masalah ini lebih membingungkan. “Asupan kolesterol tinggi meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung, dan kuning telur memiliki kandungan kolesterol yang sangat tinggi. Studi ini menunjukkan bahwa plak terbentuk secara bertahap di arteri seiring dengan usia, dan kuning telur membuatnya terbentuk lebih cepat.” tuturnya.
Ia merasa bahwa penelitian lebih lanjut harus dilakukan menyangkut masalah ini, namun menekankan bahwa konsumsi kuning telur secara teratur harus dihindari oleh orang yang beresiko penyakit jantung. Penelitian ini telah dipublikasikan secara online dalam jurnal Atherosclerosis.
Source
0 komentar:
Posting Komentar